Nama : Grace Elisabeth S.
Kelas/no :
7.7/
16
Judul : Kisah Kota Kusam
Tahun terbit : 2006
Penerbit : Pustaka Rajawali
Pengarang : Hengly Sukandra
Mulai membaca : 15 Oktober 2015
Selesai membaca : 20 Oktober 2015
Jumlah halaman : 24 halaman
Jenis buku : fiksi
Kisah
Kota Kusam
Ada sebuah kota
bernama Kota Kusam. Kota ini sangat kotor dan kusam. Banyak sampah, tikus,
kecoa, dan lalat. Tak ada kota yang sekotor, sebau, dan sesuram Kota Kusam.
Walaupun begitu,
penduduk tak peduli. Mereka tak pernah membersihkan, mencuci, bahkan tak pernah
mandi. Tak heran jika mereka sangat kotor, bau, dan kusam.
Hari itu, wali kota
hendak memberi kabar sehingga lapangan Kota Kusam penuh sesak. Kota Kusam
diundang untuk berpesta di istana, penduduk sangat senang. Namun, tidak dengan seorang pengemis
kecil.
Sejak hari itu,
mereka semua berebut baju untuk pergi ke pesta istana. Wali kota juga tak
ketinggalan. Ia memilih sebuah baju yang menurutnya paling indah namun tetap
saja kotor dan kusam.
Pagi itu, seorang asing yang membagikan sabun datang ke Kota
Kusam. Ia membagikan sabun dengan gratis. Dan ia berkata bahwa Kota Kusam perlu
memakai sabun.
Namun, bukannya
menerima, mereka merasa tersinggung. Wali kota menilai pemuda itu tidak sopan.
Pemuda itu berkata bahwa mereka tak dapat mengikuti pesta raja dengan keadaan
kotor dan kusam.
Pemuda itu diusir
dengan kasar dari Kota Kusam. Penduduk merasa marah atas perilaku pemuda itu.
Sabun yang dibawa pemuda itu berceceran karena ikut terlempar.
Pengemis kecil
membantunya memungut sabun yang berceceran. Pengemis kecil itu diajak mandi
agar dapat pergi ke pesta raja. Pengemis kecil itu pun sangat senang.
Penduduk Kota Kusam
berangkat menuju istana. Wali kota tampak mengenakan sebuah baju pesta. Ia
memimpin Kota Kusam dengan bangganya.
Saat sampai,
penduduk Kota Kusam tidak boleh masuk. Itu karena mereka sangat kotor dan kusam
juga sangat bau. Wali kota sangat tersinggung.
Namun, mereka tetap
tak dapat masuk sampai prajurit berkata bahwa pangeran akan lewat. Betapa
kagetnya mereka mengetahui bahwa pemuda yang mereka usir adalah pangeran. Wali
kota Kusam dan penduduknya berlutut dan meminta maaf.
Wali kota meminta
maaf dan meminta kesempatan. Namun, pangeran berkata “ kalian sudah kuberi
kesempatan namun hanya anak kecil ini yang mendengarkanku”. Pintu gerbang pun
ditutup, penduduk Kota Kusam hanya memandanginya. Mereka tak pernah diundang
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar